Food 3D Printing atau pencetakan makanan adalah inovasi teknologi dengan menggunakan printer 3D khusus untuk membuat objek pangan secara berlapis-lapis menggunakan edible ink. Edible ink biasanya terbuat dari pasta, pure, atau adonan yang kemudian dimasukkan ke dalam tabung, lalu diekstruksi melalui nosel kecil dengan presisi tinggi sehingga mampu membentuk objek yang telah diprogram. Penerapan teknologi ini mampu menambah potensi besar dalam melakukan inovasi dalam personalisasi makanan dan keberlanjutan produksi pangan.
Prinsip, Teknik, dan Jenis Bahan Yang Digunakan
Prinsip dasar Food 3D Printing tidak jauh berbeda dengan 3D printer konvensional, yaitu dengan mengirimkan desain digital ke printer. Kemudian printer akan membentuk objek dari bahan cair menjadi bentuk tiga dimensi yang kompleks. Secara umum, Food 3D Printing menggunakan teknik seperti ekstruksi, inkjet printing, dan selective laser untuk membentuk makanan berbahan dasar protein, karbohidrat, dan lipid. Pada ketiga teknik tersebut, teknik ekstraksi paling sering digunakan karena lebih fleksibel dalam mengolah bahan viskoelastis. Bahan-bahan yang sering digunakan dalam Food 3D Printing meliputi:
- Cokelat : sangat ideal untuk membuat patung atau ornamen yang sangat detail.
- Adonan : adonan seperti, kue, biskuit, dan pasta dapat dicetak menjadi bentuk-bentuk unik.
- Gula dan permen : digunakan untuk mendesain bentuk arsitektural yang kompleks.
- Protein : Saat ini digunakan untuk eksperimen dengan mencetak daging berbasis nabati atau dari sel-sel hewan.
Aplikasi dan Manfaat
- Personalisasi nutrisi: Food 3D Printing memungkinkan pembuatan makanan sesuai dengan kebutuhan nutrisi individu, misalnya untuk pasien rumah sakit, lansia, atau anak-anak sekolah, yang membutuhkan diet khusus.
- Sustainability (Keberlanjutan): Penggunaan bahan baku secara efisien dan potensi mengolah kembali limbah agroindustri sebagai bahan cetak mendukung produksi makanan yang lebih ramah lingkungan dan mengurangi pemborosan pangan.
- Industri dan Produksi Massal: Meski masih ada tantangan dari sisi skala produksi dan biaya, 3D printing dapat merevolusi produksi massal dengan memungkinkan produksi produk makanan kustomisasi dalam jumlah besar dengan konsistensi dan efisiensi tinggi.
Tantangan dan Hambatan
- Teknis dan biaya: Kompleksitas teknis, harga mesin dan bahan cetak tinggi menjadi tantangan utama penerapan teknologi ini.
- Keamanan dan standarisasi: Perlunya regulasi, standar proses, dan keamanan makanan yang ketat untuk memastikan hasil cetakan aman dikonsumsi.
- Penerimaan konsumen: Tingkat kesadaran dan penerimaan masyarakat terhadap makanan cetak 3D masih terbatas, perlu edukasi agar teknologi ini bisa diterima luas.
- Pengolahan pasca cetak: Pengolahan lanjutan seperti pemanggangan atau pengeringan diperlukan untuk menstabilkan tekstur dan menjaga bentuk makanan cetakan agar sesuai standar kualitas dan cita rasa.