Penamaan gula semut dikarenakan bentuk dari gula tersebut seperti rumah semut yang bersarang ditanah. Gula semut merupakan gula kelapa berbentuk bubuk yang dapat dibuat dari nira palma yaitu suatu larutan gula cetak palmae yang telah dilebur kembali dengan penambahan air pada konsentrasi tertentu. Bahan dasar dari gula semut adalah nira dari pohon kelapa atau pohon aren. Gula semut memiliki kelebihan dan kekurangan, dimana kelebihannya adalah daya simpan lebih lama dibandingkan gula kelapa cetak karena kadar airnya rendah, harga jual lebih tinggi, indeks glikemiknya rendah, pengemasan lebih ringkas, mudah larut, dan memiliki rasa dan aroma yang lebih khas dari gula kelapa cetak. Kelemahan yang sering ditimbulkan dari pembuatan gula semut adalah proses pembuatnnya tidak mudah dan permasalahan yang terjadi di pasaran yaitu pH-nya terlalu rendah. pH yang terdapat pada bahan baku sangat mempengaruhi proses kristalisasi pembuatan gula semut karena adanya jumlah gula reduksi yang terbentuk.

Gula semut juga memiliki banyak kandungan nutrisi, seperti zat besi, kalsium, kalium, magnesium, vitamin A, C, B12, polat, dan beragam zat antioksidan. Kandungan magnesium dan kalium pada gula aren dapat berubah sebagai zat elektrolit yang mampu menyeimbangkan kadar air dalam tubuh dan mengangkut nutrisi ke seluruh tubuh. Selain itu, di dalam gula semut juga terdapat zat inulin yang merupakan salah satu prebiotik, zat inulin baik bagi bakteri di usus. Di Indonesia terdapat beberapa wilayah yang terkenal dengan produksi gula semutnya, antara lain: Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Lebak
Referensi :
Tang, M., Gazali, A. & Jumarding, A., 2021. PKM Pembuatan Gula Semut di Desa Mangkawani Kabupaten Enrekang. Jurnal Masyarakat Mandiri, V(6), pp. 3450-3457.
Wilberta, N., Sonya, N. T. & Lydia, S. H. R., 2021. Analisis Kandungan Gula Reduksi Pada Gula Semut Dari Nira Aren Yang Dipengaruhi pH dan Kadar Air. BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi, XII(1), pp. 102-108.